Hasyim Muzadi Bantah Said Aqil Siraj, Nahdlatul Ulama Tetap Tolak Lady Gaga!

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Hasyim Muzadi berharap Polri tetap pada sikapnya yakni tak memberikan izin konser penyanyi Amerika Serikat, Lady Gaga. “Sebaiknya Polri tetap tak memberi izin,” katanya di Jakarta, Senin (21/5). Hasyim kembali mengemukakan tidak banyak manfaat yang dapat dipetik dari konser Lady Gaga. Bahkan lebih banyak ruginya, baik dari segi moral maupun

ELHUSNA PUBLISHING

Melayani Berbagai Pesanan Cetakan Anda. Buku, Cover Buku, Raport Sekolah, Kop Surat, Banner, Spanduk, Dll. CP. 083899591352 / 0853.1375.7183

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 04 Februari 2012

Cara Berziarah Kubur Sesuai Dengan Tuntunan Nabi


Di antara yang perlu diperhatikan dalam ziarah kubur adalah:
Ketika masuk, sunnah menyampaikan salam kepada mereka yang telah meninggal dunia. Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mengajarkan kepada para sahabat agar ketika masuk kuburan membaca, yang artinya: “Semoga keselamatan dicurahkan atasmu wahai para penghuni kubur, dari orang-orang yang beriman dan orang-orang Islam. Dan kami, jika Alloh menghendaki, akan menyusulmu. Aku memohon kepada Alloh agar memberikan keselamatan kepada kami dan kamu sekalian (dari siksa).” (HR: Muslim)
Tidak duduk di atas kuburan, serta tidak menginjaknya Berdasarkan sabda Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, yang artinya: “Janganlah kalian shalat (memohon) kepada kuburan, dan janganlah kalian duduk di atasnya.” (HR: Muslim)
Tidak melakukan thawaf sekeliling kuburan dengan niat untuk ber-taqarrub (ibadah). Karena thawaf hanyalah dilakukan di sekeliling Ka’bah. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan hendaklah mereka melakukan tha’waf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah, Ka’bah).” (QS: AI-Hajj: 29)
Tidak membaca Al-Qur’an di kuburan. Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallambersabda, yang artinya: “Janganlah menjadikan rumah kalian sebagai kuburan. Sesung-guhnya setan berlari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah.” (HR: Muslim)
Hadits di atas mengisyaratkan bahwa kuburan bukanlah tempat membaca Al-Qur’an. Berbeda halnya dengan rumah. Adapun hadits-hadits tentang membaca Al-Qur’an di kuburan adalah tidak shahih.
Tidak boleh memohon pertolongan dan bantuan kepada mayit, meskipun dia seorang nabi atau wali, sebab itu termasuk syirik besar. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan janganlah kamu menyembah apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS: Yunus: l06) Zhalim dalam ayat ini berarti musyrik.
Tidak meletakkan karangan bunga atau menaburkannya di atas kuburan mayit. Karena hal itu menyerupai perbuatan orang-orang Nasrani, serta membuang-buang harta dengan tiada guna. Seandainya saja uang yang dibelanjakan untuk membeli karangan bunga itu disedekahkan kepada orang-orang fakir miskin dengan niat untuk si mayit, niscaya akan bermanfaat untuknya dan untuk orang-orang fakir miskin yang justru sangat membutuhkan uluran bantuan tersebut.”
Dilarang membangun di atas kuburan atau menulis sesuatu dari Al-Qur’an atau syair di atasnya. Sebab hal itu dilarang, “Beliau Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam melarang mengapur kuburan dan membangun di atas-nya.”
Cukup meletakkan sebuah batu setinggi satu jengkal, untuk menandai kuburan. Dan itu sebagaimana yang dilakukan Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallamketika meletakkan sebuah batu di atas kubur Utsman bin Mazh’un, lantas beliau bersabda, yang artinya: “Aku memberikan tanda di atas kubur saudaraku.” (HR: Abu Daud, dengan sanad hasan).

BIMBINGAN MENGURUS JENAZAH 1


Oleh
Ustadz Abu Sulaiman Aris Sugiyantoro


Risalah Islam bersifat paripurna, menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia dari sejak ia belum menghirup udara dunia, sampai akhirnya kubur menjadi huniannya. Ini juga menjadi pesona khas, bagi agama yang diemban Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam . Sekali lagi, sebagian keindahan Islam akan terbukti, dengan Anda menyimak sajian rubrik fiqih kali ini. (Redaksi)

A. HAL-HAL YANG HARUS DIKERJAKAN OLEH ORANG YANG SAKIT
1. Rela terhadap qadha dan qadar Allah, sabar dan berprasangka baik kepadaNya.
2. Diperbolehkan untuk berobat dengan sesuatu yang mubah, dan tidak boleh berobat dengan sesuatu yang haram, atau berobat dengan sesuatu yang merusak aqidahnya; misalnya, seperti datang kepada dukun, tukang sihir atau ke tempat lainnya.

Dari Abu Hurairah,dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda:

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً".أخرجه البخاري

Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah turunkan juga obatnya. [HR Al Bukhari].

Dan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ خَلَقَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ فَتَدَاوَوْا وَلاَ تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ.

Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram. [Dikeluarkan Al Haitsami di dalam Majma'az Zawa'id].

3. Apabila bertambah parah sakitnya, tidak boleh baginya untuk mengharapkan kematian. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ إِنَّهُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ انْقَطَعَ عَمَلُهُ وَإِنَّهُ لَا يَزِيدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلَّا خَيْرًا

Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian, dan janganlah meminta kematian sebelum datang waktunya. Apabila seorang di antara kalian meninggal, maka terputus amalnya. Dan umur seorang mukmin tidak akan menambah baginya kecuali kebaikan. [HR Muslim].

4. Hendaknya seorang muslim berada di antara khauf (rasa takut) dan raja' (berhara).
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi seorang pemuda yang dalam keadaan sakaratul maut; kemudian Beliau bertanya: “Bagaimana engkau menjumpai dirimu?” Dia menjawab: “Wahai, Rasulullah! Demi Allah, aku hanya berharap kepada Allah, dan aku takut akan dosa-dosaku.” Kemudian Rasulullah bersabda:

لَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا الْمَوْطِنِ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا يَرْجُو وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ

Tidaklah berkumpul dua hal ini ( yaitu khauf dan raja') di dalam hati seseorang, dalam kondisi seperti ini, kecuali pasti Allah akan berikan dari harapannya dan Allah berikan rasa aman dari ketakutannya. [HR At Tirmidzi].

5. Wajib baginya untuk mengembalikan hak dan harta titipan orang lain, atau dia juga meminta haknya dari orang lain. Kalau tidak memungkinkan, hendaknya memberikan wasiat untuk dilunasi hutangnya, atau dibayarkan kafarah atau zakatnya.

6. Hendaknya bersegera untuk berwasiat sebelum datang tanda-tanda kematian.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ لَهُ شَيْءٌ يُوصِي فِيهِ يَبِيتُ لَيْلَتَيْنِ إِلَّا وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ

Tidak sepatutnya bagi seorang muslim yang masih memiliki sesuatu yang akan diwasiatkan untuk tidur dua malam kecuali wasiatnya sudah tertulis di dekatnya [HR Al Bukhari].

Apabila hendak berwasiat dari hartanya, maka tidak boleh berwasiat lebih banyak dari sepertiga hartanya. Dan tidak boleh diwasiatkan kepada ahli waris. Tidak diperbolehkan untuk merugikan orang lain dengan wasiatnya, dengan tujuan untuk menghalangi bagian dari salah satu ahli waris, atau melebihkan bagian seorang ahli waris daripada yang lain.

B. HAL-HAL YANG DIKERJAKAN KETIKA SESEORANG SAKARATUL MAUT
1. Mentalqin (menuntun) dengan bacaan Laa ilaaha illallah.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَقِّنُوْا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله

Tuntunlah orang yang akan mati di antara kalian dengan bacaan Laa ilaha illallah. [HR Muslim].

Dari Muadz bin Jabal Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa yang akhir perkataannya Laa ilaha illallah, dia akan masuk surga. [HR Al Bukhari].

Apabila berbicara dengan ucapan yang lain setelah ditalqin, maka diulangi kembali, supaya akhir dari ucapannya di dunia kalimat tauhid.

2. Berdo'a untuknya dan tidak berkata kecuali yang baik.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا حَضَرْتُمْ الْمَرِيضَ أَوْ الْمَيِّتَ فَقُولُوا خَيْرًا فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ


Fikih Jenazah

FIQIH TA’ZIYAH

Oleh
Syaikh Musa’id bin Qashim Al-Falih


Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. ia memerlukan bergaul dengan orang lain. Ini merupakan fitrah. Tidak mungkin ada yang bisa menghindarinya, terlebih lagi pada era global sekarang ini, dunia layaknya sebuah kampung kecil saja. Berhubungan dengan orang lain, meski terkadang berefek negatif, manakala berlangsung tanpa kendali, tetapi ia juga merupakan peluang yang bisa mendatangkan beragam kemaslahatan, sekaligus ladang amal untuk memproleh pahala.

Islam sangat responsif terhadap fenomena ini. Bukan sekedar komunikasi yang bertema dan berskala besar saja yang diperhatikannya, tetapi hubungan yang sangat kecil pun tak luput dari pantauannya. Ini tiada lain karena demi kemaslahatan manusia, sebagai makhluk yang berkepribadian mulia. Islam telah memberikan peraturan dalam masalah mu’amalah semacam ini, agar dalam pergaulan, manusia tidak melampui batas-batas koridor yang telah ditentukan syariat. Sehingga pergaulan tersebut tidak merugikan salah satu pihak.
Salah satu dari bentuk mu’amalah tersebut adalah ta’ziyah. Atau biasa disebut melayat. Bagaimanakah penjelasan tentang masalah ini?

Untuk menjelaskan masalah ta’ziyah ini, berikut kami ketengahkan ulasan yang diambil dari kitab at Ta`ziyah, karya Syaikh Musa'id bin Qashim al Falih, yang diterbitkan Dar al ‘Ashimah. Semoga bermanfaat.

DEFINISI TA’ZIYAH
Kata “ta`ziyah”, secara etimologis merupakan bentuk mashdar (kata benda turunan) dari kata kerja ‘aza. Maknanya sama dengan al aza’u. Yaitu sabar menghadapi musibah kehilangan.[1]

Dalam terminologi ilmu fikih, “ta’ziyah” didefinisikan dengan beragam redaksi, yang substansinya tidak begitu berbeda dari makna kamusnya.


Habibie dan Ainun


Buku ini adalah bukti sungguhan bahwa fakta ternyata memang lebih menarik ketimbang fiksi. Membaca buku ini, seperti menyelami banyak dunia dalam satu cerita. Saya tidak berlebihan pada sosok yang memang banyak memiliki kelebihan. Bahwa kisah Habibie dan Ainun, jika mau jujur, telah melampaui Romeo Juliet hingga Layla Majnun.
At the touch of love, everyone becomes poet —Plato
Ada banyak dimensi yang dimuat oleh Pak Habibie dalam buku ini. Jika ingin klasifikasi secara global, buku ini memiliki dua cerita terpisah yang kemudian terangkai dalam lika-liku dua manusia biasa menjadi satu kisah luar biasa.
Pertama, kisah cinta Pak Habibie mulai dari masa muda hingga wafat Bu Ainun. Sesi ini menuturkan banyak pelajaran buat mereka yang telah berkeluarga atau akan menuju ke sana. Di sini, kesederhanaan dan kesetiaan menjadi hiasan terindah keluarga mereka. Di buku ini dituturkan bagaimana Bu Ainun begitu setia menemani Pak Habibie dengan segala konsekwensi sebagai istri sekaligus ibu. Inilah kekuatan perempuan yang—belakangan—banyak dipaksakan dianggap sebagai kelemahan. Dimana banyak perempuan memandang rendah perkara rumah tangga lalu menyimpulkannya pada tiga kata bersajak yang terkesan hina: dapur-sumur-kasur; malah sebaliknya yang dipikirkan dua tokoh ini.
Ketika ditempatkan pada dua posisi: sebagai seorang dokter profesional atau menjadi perempuan yang bekerja di belakang layar yang disimbolkan dengan dapur-sumur-kasur; Bu Ainun malah memilih jalur yang bertentangan dengan arus yang biasa dipilih oleh perempuan—yang merasa—modern dan bermartabat. Satu cuplikan sangat menarik yang direkam Bu Ainun dalam buku harian beliau dan dikutip dalam buku ini, agaknya mampu mewakili defenisi sebenarnya sebaris kata “perjuangan”.
Setelah Thareq agak besar, sudah berumur 4 tahun, saya memberanikan diri bekerja. Memang terasa suatu keputusan tersendiri. Saya profesional. Saya mandiri. Penghasilan pun lebih dari cukup: hampir mengimbangi penghasilan suami. Saya bisa membantu suami membeli tanah dan rumah di Kakerbeck. Juga di desa. Juga jauh dari kota. Waktu berumur 6 tahun, Thareq sakit keras. Dan terasa ada suatu yang mengganjal, sehari-hari mengurusi anak orang lain padahal anak sendiri tidak terawat. Maka kembalilah saya pada falsafah hidup sewaktu di Oberforstbach: falsafah hidup mengutamakan anak dan keluarga dari pada mencari kepuasan profesional dan penghasilan tinggi. Menyesalkah saya mengambil keputusan itu? Menyesalkan saya berketetapan menjadi pecinta, isteri dan ibu? [hal.62]
Inilah pilihan antara menjadi wanita bergengsi atau ibu rumah tangga sederhana. Bu Ainun memilih yang kedua. Pilihan yang menjadi alasan kenapa Pak Habibie menulis ulang kisah ini dan terang-terangan menuturkan, “Jika saya diberikan kesempatan menyampaikan orasi ketika mendapatkan penghargaan dari berbagai lembaga yang bertaraf nasional maupun internasional, saya dengan tulus hati selalu menyampaikan bahwa ‘dibalik sukses seorang tokoh tersembunyi peran dua perempuan yang amat menentukan yaitu ibu dan istri.’” [hal.155]
Bahkan, di tengah kesibukannya, Bu Ainun tak pernah alpa dengan tugas sebagai istri dan ibu. “Ainun selalu mandiri dan tidak pernah mengeluh dan mengganggu pekerjaan saya. Seberat apapun pekerjaannya, ia selalu memberi senyumannya yang menenangkan saya dan selalu kurindukan sepanjang masa. Seberat apapun pekerjaan yang ia hadapi, semua dilaksanakan rapi, rinci dan terus dikonsultasikan dengan saya di manapun kami berada.” [hal.120]
Mungkin “hanya” urusan rumah tangga, namun, siapa yang mengira bahwa perkara rumah tangga ini menjadi hal luar biasa di mata seorang engineer yang kecemerlangan otaknya diakui seluruh dunia.
Dan kedua, kisah tentang perjuangan sang scientist. Jika Benjamin Franklin mengatakan bahwa energy and persistance conquer all things dan empat abad sebelum itu, Ibnu Taimiah telah lebih dulu menuliskan, “Bahwa menjadi terdepan dalam dien ini, hanya bisa dicapai oleh dua cara: as-shabru (persistance) danyaqîn (optimism/energy); maka kisah Habibie dalam buku ini adalah satu dari aplikasi masih hidup statement tersebut di abad ini.
Seperti yang dijelaskan, bahwa jika telah memulai satu pekerjaan, maka Habibie akan lupa kapan harus mengakhirinya. Di sinilah Bu Ainun selalu memperhatikan, mengingatkan waktu makan, minum obat, istirahat dan sebagainya. Bahkan pada saat sakit menjelang wafat, Bu Ainun pernah bersedih; ketika dihampiri Pak Habibie dan ditanya kenapa sedih, “Kamu sakit?” Bu Ainun menggeleng “Kamu takut dengan perangkat rumah sakit ini?” beliau masih menggeleng. “Kamu memikirkan saya?” barulah bu Ainun mengangguk.
Karena memang seperti inilah perjuangan seorang scientist sesungguhnya. Jika sudah fokus, maka dia lupa apa saja. Agaknya ini pelajaran yang perlu ditiru siapapun. Untuk fokus pada satu pekerjaan dan mencintainya. Sebab, Rasul pernah menganjurkan untuk itqân (serius, fokus dan mendalam) pada amalan apa saja yang kita lakukan. Dan, sebagaimana kata sang warrior legendaris, Bruce Lee, ketika memberikan defenisi warrior, Lee mengatakan, The warrior is the average man with laser-like-focus.
“Pekerjaan dan kesibukan saya tidak memberi kesempatan mengikuti perkembangan di Indonesia. Bahkan kewajiban saya sebagai ayah untuk bermain dengan Ilham dan Thareq, tidak dapat saya penuhi. Persaingan antara para ilmuwan sangat berat dan ketat. Saya harus bekerja lebih keras menghadapi para kolega ilmuwan lain yang berbakat dan berpendidikan tinggi. Persaingan keras seperti ini, berpengaruh positif pada prilaku dan pengetahuan pribadi saya. Akibatnya proses keunggulan pada diri saya cepat berkembang.” [hal.68]
Dengan gaya hidup inilah, Habibie tak sekedar mengatakan bahwa sukses bukanlah monopoli kelompok tertentu. Namun, kesempatan bagi siapapun juga. Dan beliau telah buktikan!
Disamping itu, mastering oneself bagi Habibie bukanlah segalanya. Karena keahlian untuk diri sendiri tanpa memberi manfaat untuk lainnya baru mencapai satu dari dua poin. Inilah defenisi cendikiawan bagi pendiri ICMI ini. “Kalau pun dia seorang Guru besar—Profesor Doktor dan meraih hadiah nobel, tetapi dia tidak peduli pada sekitarnya, hanya peduli pada laboratorium dan penelitiannya saja, bagi saya dia adalah seorang ahli atau pakar saja. Bukan seorang cendikiawanan. Mereka yang tidak peduli terhadap kehidupan lingkungannya dan hanya kepada buku dan ilmunya saja, dia bukan cendekiawan dan tidak tepat pantas menjadi anggota ICMI.” [hal.149]
Pada bagian science dalam buku ini, selain kisah perjuangan sang engineer, Habibie juga memaparkan beberapa proyek beliau, penjelasan tentang mesin dan sebagainya. Bagi saya, bagian ini bukanlah hal yang gampang dipahami. Saya bisa mengerti, inilah konsekwensi seorang genius: banyak dari ucapannya tak dipahami orang lain karena dia mengira standar pemahamannya sama dengan lawan bicara. Pada bagian ini, antara saya sebagai pembaca dan Pak Habibie sebagai penulis, hanya ada dua kemungkinan kenapa saya tidak paham tulisan beliau: pertama, penjelasan Pak Habibie memang terlalu genius untuk dipahami; dan kedua, akunya terlalu goblok. Semoga yang kedua salah.
Maka, inilah buku tentang kisah cinta seorang scientist muslim. Pada bagiankisah cintanya, setelah membaca buku ini, engkau akan muak dengan fiktif picisan yang menyampah di pasaran; bahkan engkau bisa muntah dengan sinetron alay ala ababil ABG labil atau serial Korea semu belaka. Pada bagian ini, siapapun akan mengakui betapa agungnya seorang perempuan dibalik segala rahasianya. Entah kenapa, saya jadi teringat ucapan Vermouth, tokoh teras Black Organization dalam komik Detektif Conan, “A secret makes a woman woman“. Dan, memang benar, semakin tersembunyi, perempuan akan semakin agung. Karena mengenai Bu Ainun, hanya keluarganya yang tahu; dan setelah wafat, baru dunia tersentak.
Pada bagian scientist-nya, Habibie menuturkan bahwa yang terbaik yang bisa kita lakukan pada posisi apapun, harus dilakukan! “Saya biasa ditanya oleh wartawan, baik nasional maupun wartawan media asing: ‘Apakah anda bersedia jika anda yang dikehendaki menjadi wakil presiden?’ Saya jawab: kalau saya yang dikehendaki, terus terang saya mengajukan pertanyaan pada diri sendiri, yakni di manakah saya harus berada untuk memberikan kontribusi semaksimal mungkin bagi bangsa dan rakyat Indonesia? Saya akan menjawab: ‘Tempat saya adalah science, titik!’” [hal.224]
Di sini kita juga akan banyak belajar tentang perjuangan dan menyadari bahwa hidup yang tidak berjuang tidaklah indah. Karena dengan berjuang, waktu menjadi lebih berharga, makan terasa lebih nikmat dan tidurpun—meski sejenak—terasa lebih nyenyak; di sini kita akan menjadi lebih bersyukur. Pada bagian ini, semua orang Indonesia harus optimis bahwa apapun yang kita pikirkan, bisa kita capai. Apapun juga! Jika Napoleon Hill terkenal dengan hallmarknya, “What the mind of man can conceive and believe, it can achieve“, maka Habibie adalah bukti hidup yang masih bisa kita lihat. Beliau hidup di masa yang sezaman dengan kita dan beliau juga hidup di habitat yang sama dengan kita :: beliau adalah orang Indonesia! Tak ada lagi alasan apapun bagi setiap individu untuk tidak bergerak!
Dan, pada bagian muslim-nya. Kita diajarkan oleh seorang yang nyaris memiliki segala: kesuksesan, harta, martabat, kecerdasan, ketenaran, keluarga yang mencintai serta segala yang dibutuhkan manusia di kolong langit ini; namun, semua itu bukanlah apa-apa tanpa akhirat. Di dalam buku ini, berulang-ulang frasa shalat malam, doa, nama Allah, bahkan Pak Habibie sendiri sudah diketahui umum, selalu berpuasa senin-kamis. Dalam bahasa Habibie, bagian ini merupakan software yang membuat segala perangkat elektronik menjadi bernilai. Dan, bagi manusia sebagaimana mesin, imtak, iman-takwa (software) inilah yang seutuhnya abadi.
“Jika persyaratan tidak dipenuhi, maka PC dan laptop tidak dapat dimanfaatkan. Harus segera diperbaiki dan jika tidak mungkin diperbaiki lagi, maka harus dibuang. Berarti PC dan laptop atau perangkat keras sifatnya tidak abadi. Ternyata operating system, software, data-data dan sebagainya, yang dimiliki dapat dimanfaatkan lagi. Berarti sifatnya abadi.” [hal.315]

48 tahun 10 hari bukanlah waktu yang sebentar untuk hidup bersama antara Habibie dan Ainun. Buku ini benar-benar highly recommended untuk dibaca siapapun. Pagi penuntut ilmu untuk mengambil semangat juang Habibie. Bagi yang telah berkeluarga untuk mengambil banyak pelajaran. Bagi yang belum untuk membuat patron dari dini. Bagi perempuan untuk belajar tentang kesetiaan Bu Ainun. Bagi laki-laki untuk berkaca lagi jika ingin perempuan tipe Bu Ainun. Bagi rakyat Indonesia untuk optimis dan mengikis penyakit inferiority complex terhadap negara manapun. Bagi muslim, untuk yakin seyakin-yakinnya, bahwa ber-Islam bukan hambatan. Malah sebaliknya, Islam yang memberi kemudahan. Jika tak percaya. Ini, Habibie buktinya!
Namun, seperti biasa, untuk yang belum terlanjur, tentu ada beberapa filtrasi diterapkan di sini dan tak harus ditiru. Seperti cerita pacaran atau pandangan sejarah yang masih bias pada evolusi Darwin. Di samping itu semua, buku ini benar-benar inspirasi!
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa Bu Ainun dan menerima semua amal baik beliau serta menjadikan buku ini satu dari jalan amal jariah yang tak putus-putus pahalanya meski nyawa telah terpisah dari jasad.
Identitas Buku
Judul : Habibie & Ainun
Penulis : Bacharuddin Jusuf Habibie
Penerbit : PT. THC Mandiri, Jakarta
Cetakan : Pertama, November 2010

Melestarikan Cinta



Ya kadang cinta kepada Allooh baru sekedar jadi selogan kita, seorang yang cintanya tulus kepada Allooh ketika mencintai sesuatu ia karena Allooh, mencintai Istri karena Allooh.
Istri  hakikatnya adalah milik Allooh, begitu juga sebaliknya seorang istri mencintai suaminya karena Allooh, mencari wanita seperti itu sulit di dunia ini seribu satu.
Suami istri melestarikan cintanya kepada Allooh, dalam teori yang diberikan oleh suami istri dalam menjalin cinta mereka hanya 1 persen dari 100 % yang ia hibahkan cintanya itu kepada Allooh dan Rosul-Nya serta Jihad fii Sabilillah.
Lalu prakteknya dapat membangun jiwa yang ikhlas dan penuh keridoan atas kenyataan sebuah kecintaan, tidak berlebihan dalam mencinta dan dapat melestarikan tidak berlebihan akan sikap kecemberuan (istri).
Semoga Kita dapat mengusahakannya bersama. Walloohu a'lam

Jumat, 03 Februari 2012

Usaha Singkong Keju, Usaha Meraih Berkah

Menu Kami


Nikmati sajian kami, nikmat bergizi, sedap dan gurih.

Singkong Keju, Combro Gurih, Singkong Keju dtaburi coklat.
Usman Siju

Cerita Pak Habibie

"Dik, ..........saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ...........ibu Ainun istri saya. Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar. Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya............saya mau kasih informasi........... Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu........................"

Penggalan dari cerita panjang beliau ketika berkunjung ke Kantor Manajemen Garuda Indonesia

Garuda City Complex, Bandara Soekarno-Hatta

12 Januari 2012
Lengkapnya lihat di http://siju1234.blogspot.com/2012/02/kunjungan-bj-habibie-ke-kantor.html
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More